Sabtu malam tepatnya minggu ke dua di bulan September. Saat ini aku sedang berada di sebuah rumah sakit menunggu
seorang keponakan yang sedang di rawat di rumah sakit. Meski jam sudah menunjukan
pukul 21.17 wib, namun udara masih terasa begitu panas. Padahal langit terlihat mendung.
Suara telp tiba-tiba membuyarkan lamunan dalam benakku. Saat-saat seperti ini kembali membawa ingatan aku ke masa beberapa tahun yang silam. Saat-saat ketika aku harus menjalani
rawat inap di rumah sakit yang sama karena kecelakaan yang menimpaku. Hingga akhirnya mengharuskan aku menjalani operasi di beberapa bagian tubuhku. Diantaranya
rahang, kepala dan kaki kananku. Saat itu mungkin karena rasa sakit yang aku rasakan teramat sangat dahsyat. Akhirnya
aku nyaris sama sekali tidak bisa merasakannya.
Meskipun dalam keadaan sadar
tapi aku tak bisa mengingat apa-apa. Saat itu kondisiku boleh di
bilang sangat parah, aku tak henti-hentinya berucap syukur Alhamdulillah
karena sudah di berikan kesempatan hidup ke dua oleh sang penguasa hidup yang
maha perkasa Allah SWT.
Hari-hari selanjutnya setelah operasi Tak banyak yang
bisa aku lakukan selain pasrah dan sabar menjalani masa pemulihan pasca operasi.
Karena kondisi rahang yang belum pulih setelah pemasangan pen, maka mulutku di ikat kawat diantara gigi atas dan bawah. Keadaan ini otomatis
mengharuskan aku untuk puasa ngomong sampai kawat di lepas. Beberapa waktu lamanya
aku hanya mengkonsumsi susu dan jus karena tidak dapat mengunyah. Obat-obatan yang harus saya minum juga
semua dihaluskan dan dicairkan karena kondisi mulutku yang di ikat kawat.
Saat itu, sungguh aku merasa sedang di uji kesabaran tingkat tinggi. Alhamdulillah
meskipun terasa amat berat, akhirnya aku lulus juga menjalani uji kesabaran ini. Seiring dengan berjalannya waktu, masa pemulihan pun berlalu. Akhirnya aku kembali bisa pulih dan sehat seperti sediakala tanpa kurang suatu apa. Secara fisik pun nyaris terlihat tanpa cacat. Meski saya harus kehilangan rasa di lidahku. Manis, asam, asin semua rasa yang ada terasa sama di lidahku yaitu rasa tawar. Untuk mengembalikannya aku harus berjuang dengan sepenuh jiwa. Karena membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Kalau mengingat semua yang terjadi, rasanya aku tak bisa percaya kalau saat ini aku bisa duduk di sini. Tak hentinya aku berucap syukur Alhamdulillah. Terima Kasih ya Allah atas kasih sayang dan anugerahmu
kepada hamba….