Sabtu, 09 September 2017

SABTU MALAM

     Sabtu malam tepatnya minggu ke dua di bulan September. Saat ini aku sedang berada di sebuah rumah sakit menunggu seorang keponakan yang sedang di rawat di rumah sakit. Meski jam sudah menunjukan pukul 21.17 wib, namun udara masih terasa begitu panas. Padahal langit terlihat mendung.

     Suara telp tiba-tiba membuyarkan lamunan  dalam benakku. Saat-saat seperti ini kembali membawa ingatan aku ke masa beberapa tahun yang silam.  Saat-saat ketika aku harus menjalani rawat inap di rumah sakit yang sama karena kecelakaan yang menimpaku. Hingga akhirnya mengharuskan aku menjalani operasi di beberapa bagian tubuhku. Diantaranya rahang, kepala dan kaki kananku. Saat itu mungkin karena rasa sakit yang aku rasakan teramat sangat dahsyat. Akhirnya aku nyaris sama sekali tidak bisa merasakannya. 

     Meskipun dalam keadaan sadar tapi aku tak bisa mengingat apa-apa. Saat itu kondisiku boleh di bilang sangat parah, aku tak henti-hentinya berucap syukur Alhamdulillah karena sudah di berikan kesempatan hidup ke dua oleh sang penguasa hidup yang maha perkasa Allah SWT. 

     Hari-hari selanjutnya setelah operasi Tak banyak yang bisa aku lakukan selain pasrah dan sabar menjalani masa pemulihan pasca operasi. Karena kondisi rahang yang belum pulih setelah pemasangan pen, maka mulutku di ikat kawat diantara gigi atas dan bawah. Keadaan ini otomatis mengharuskan aku untuk puasa ngomong sampai kawat di lepas. Beberapa waktu lamanya aku hanya mengkonsumsi susu dan jus karena tidak dapat mengunyah. Obat-obatan yang harus saya minum juga semua dihaluskan dan dicairkan karena kondisi mulutku yang di ikat kawat. 

     Saat itu, sungguh aku merasa sedang di uji kesabaran tingkat tinggi. Alhamdulillah meskipun terasa amat berat, akhirnya aku lulus juga menjalani uji kesabaran ini. Seiring dengan berjalannya waktu, masa pemulihan pun berlalu. Akhirnya aku kembali bisa pulih dan sehat seperti sediakala tanpa kurang suatu apa. Secara fisik pun nyaris  terlihat tanpa cacat. Meski saya harus kehilangan rasa di lidahku. Manis, asam, asin semua rasa yang ada terasa sama di lidahku yaitu rasa tawar. Untuk mengembalikannya aku harus berjuang dengan sepenuh jiwa. Karena membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Kalau mengingat semua yang terjadi, rasanya aku tak bisa percaya kalau saat ini aku bisa duduk di sini. Tak hentinya aku berucap syukur Alhamdulillah. Terima Kasih ya Allah atas kasih sayang dan anugerahmu kepada hamba…. 

Rabu, 25 Januari 2017

24 JANUARI

Selasa malam....,24 Januari 2017
Rintik hujan tak berhenti menemani
Udara terasa begitu dingin
Suasana begitu sunyi, sepi di selimuti kabut
sungguh...
Rasa di relung hati ini begitu hampa
Sepanjang malam, kudekap erat tubuhnya yang renta
Kugenggam erat tangannya
Ku usap peluh di tubuhnya
Sang waktu pun terus berjalan
Sampailah di penghujung malam
Suryapun akan menjelang
Tibanlah saatnya harus pulang
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun.....
Selamat jalan ayahanda
Semoga husnul khotimah
Terima kasih tak terhingga
Atas semua cinta, kasih dan sayangmu
Atas semua perjuangan dan nasehatmu
Untuk semua kegaduhanku
Atas semua warna yang telah kau goreskan dalam lukisan kehidupanku
Namamu akan senantiasa terukir indah dalam setiap lantunan doaku
Dalam hati dan relung jiwaku
Meski raga telah telah terpisah
Meski ribuan kilo jarak membentang memisahkan kita
Aku selalu mencintaimu...,sepanjang hayatku
I Love You Ayahandaku Mamang Sunadiwarna